BERITA

LIDA

LIDA

Oleh : Yola Nurkamil

Guru SMKN PP Cianjur

Bukan Liga Dangdut Indonesia melainkan Lomba Inovasi Daerah. Kegiatan ini diadakan setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur. Ada tiga kategori yang dilombakan yaitu kategori Umum, kategori Perangkat daearah dan Kategori siswa. Mendengar kata inovasi seringkali membuat orang merasa itu adalah hal besar yang tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang bukan berprofesi sebagai peneliti. Jadi kalau melihat jumlah peserta sepertinya sangat minim. Tahun ini adalah tahun kedua SMKN PP Cianjur mengikuti LIDA dengan kategori berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya kategori umum yang diikuti dan tahun ini ikut kategori pelajar/ mahasiswa.

Ajang ini sebenarnya selain menghasilkan inovasi juga menjadi ajang latihan dan pengalaman terutama untuk siswa. Mereka akan memaparkan inovasi yang sudah dilakukan di depan dewan juri. Bagi siswa memunculkan ide-ide baru perlu dilakukan, meskipun ide itu dianggap sederhana oleh orang dewasa, tapi saat ide tersebut dimunculkan menjadi sebuah produk/ karya, disitulah terlihat betapa sangat berharganya sebuah ide. Ide bila hanya sampai di benak saja tidak akan jadi apa-apa. Ide saat diralisasikan, dilaksanakan akan terasa hambatan, kesulitan bahkan mungkin kalau berhasil manfaatnya juga dapat dirasakan. Menggali ide dari generasi muda sekarang perlu dilakukan, mereka kepalanya kaya akan ide-ide hebat hanya kalau tidak tergali ide tersebut hanya berada di kepala mereka saja. Hal ini sesuai dengan standar lulusan saat ini yaitu bernalar kritis (critical thinking). Secara rinci berpikir kritis terdiri dari menganalisis, mengevaluasi, mensintesis, mengambil Keputusan dan memecahkan masalah.

Memang tidak sesederhana membalikkan telapak tangan, tapi tidak sesulit menghetikan buih dilautan begitu kata pepatah. Saat ide tersebut coba direalisasikan akan muncul keinginan- keinginan lain, bila menemukan kemudahan mereka akan merasa tertantang melakukan dan merealisasikan ide lainnya. LIDA muncul untuk mewadahi hasil dari ide kreatif tersebut. Inovasi-inovasi yang kadang dianggap sederhana ternyata bisa menjadi luar biasa. Membangun mental sebagai penghasil inovasi tidak mudah perlu dorongan dan motivasi dari lingkungan sekitar, untuk pelajar dorongan terbesar mereka dapat dari sekolah. Dari tempe yang dioleh menjadi makanan kekinian itu juga inovasi, dari sampah yang asalnya bersarakan tidak memiliki manfaat bahkan dianggap mengganggu, saat dirubah menjadi sesuatu yang berguna itu juga inovasi. Jangan membayangkan inovasi itu harus membuat robot yang dapat memilah sampah secara otomatis, mungkin ide tersebut dimulai dari inovasi sederhana yaitu memilah sampah dari lingkungan rumah/sekolah untuk dijadikan sesuatu yang berguna.

Selain merealisasikan ide-ide sederhana, ajang LIDA juga bertujuan membangun mental manusia khususnya generasi muda untuk tampil di depan publik, hal yang tidak mudah bagi pelajar yang biasanya hanya terbiasa diam dikelas dan berkomunikasi dengan orang yang terbatas. Pengalaman yang terjadi saat murid sudah kita siapkan untuk tampil semaksimal mungkin, ternyata saat mamaparkan di depan dewan juri terlihat nervous, dan menjadi hilang apa-apa yang sudah dilatihkan. Tapi saat akhirnya mereka Kembali bisa menguasai dirinya dari rasa nervous yang dirasakan, disitulah pengalaman besar yang tidak semua orang bisa mengalaminya. Mereka berhasil mengendalikan diri dan Kembali kekesadaran bahwa mereka harus memaparkan apa yang sudah mereka persiapkan. Untuk murid hal itu benar-benar pengalaman besar.

Sesi selanjutnya adalah sesi wawancara atau tanya jawab disinilah tantangan selanjutnya dimulai, peserta harus mempertanggungjawabkan inovasinya dan harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri. Pertanyaan yang diajukan tidak dapat ditebak, kadang berhubungan langsung dengan inovasi yang dihasilkan, seringkali tidak berhubungan langsung. Ketepatan dalam menjawab menjadi poit besar untuk keberhasilan inovasi tersebut maju ke babak selanjutnya. Para juri berasal dari akademisi, pelaku umkm, unsur pemerintahan dan Lembaga penelitian daerah. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga hal tersebut membuat pertanyaan semakin beragan dari sudut pandang mereka masing-masing.

Bisa dibayangkan bila dari satu sekolah ada satu ide yang biasa direalisasikan sebagai inovasi, ada berapa banyak inovasi-inova kreatif yang akan muncul di Kabupaten ini. Mengingat banyaknya manfaat yang didapat dari ajang LIDA ini, mari kita dorong murid-murid kita untuk berinovasi sesuai dengan bakat dan minat mereka, kita sebagai support system bagi mereka harus terus menggali dan membantu murid-murid kita merealisasikan ide-idenya. (ummyola)

 

Share this Post:

Leave a Comment